Kamis, 22 Agustus 2013

bab 1 part 2


“Jangan terlalu sering melamun, nanti ada yang suka!” suara tak asing terdengar di telinga Hana. Iyah sudah duduk manis dengan membawa dua porsi makanan cepat saji sambil memasang senyum andalannya. “Makan ini, sekaligus permintaan maafku karena membuatmu telat hari ini” sembari menyodorkan satu porsi makanan ke hadapan Hana dan mengedipkan matanya melakukan pose imutnya.
                Dengan memalingkan wajah “Dasar kau ini! Bisa saja merayu orang lain, itulah kehebatanmu”. Hana kembali menatap temannya miris karena terus-terusan memasang wajah konyolnya itu. “Baik, kali ini aku maafkan. Tapi tidak untuk yang lainnya” mulai mengambil makanan tersebut dan memasukkannya ke dalam mulut mungilnya.
####
Dengan bangganya –seperti biasa- Ben berjalan di koridor yang juga dipenuhi oleh puluhan pasang mata gadis-gadis yang tak berhenti memandangnya dengan penuh rasa antusias. Terdengar suara bisikkan-bisikkan kekaguman mereka dari balik punggungnya. Dengan tas yang ia gendong, ia menyusuri jalanan itu dengan senyum ala model-model dan berhenti di depan kelas Bahasa. Ben menghilangkan tampangnya yang mengangumkan tadi dan menggantinya dengan wajah malas. Membosankan! Ia membuka pintu dan berfikir sejenak. Menatap seorang gadis yang sedang duduk di ujung kelas, ia menyipitkan matanya dan tersenyum penuh kemenangan. Aku tahu.
Ia berjalan kedalam kelas dan mengambil jalan menuju ujung kelas itu. Mengincar tempat kosong dibelakang ‘gadis misterius’ itu. Dan “Hai~” kata itu tiba-tiba keluar dengan mulus dari mulutnya. Disusul dengan lambaian tangan kecil yang membuat sang gadis memasang wajah heran.
“Kenapa?” tanya si gadis sambil meliriknya.
“Harusnya jawab, bukan tanya”
Ia merubah ekspresi wajahnya dengan senyum sinisnya dan menatap Ben. “Oke, hai!”
Ben sedikit terkaget dengan suara –yang sedikit nyaring- yang ia dengar dari sang gadis. “Tinggi sekali suaramu itu, Hana”
Namun apalah daya, seorang wanita dengan perawakan gemuk memasuki kelas. Dengan terpaksa –padahal belum ingin mengakhiri perdebatanya- Ben duduk tepat di belakang gadis itu.
Dengan ogah-ogahan, ia memperhatikan pelajaran yang sedang berlangsung. ia melirik sekitar dengan pandangan malas dan menghembuskan nafas bosannya. Sebersit ide untuk membuat harinya lebih asik muncul difikarannya. Diambilnya sebuah buku tulis dari dalam tasnya dan merobek selembar kertas yang ada di halaman paling terakhir. Ia menulis dengan tangan kirinya –karena kidal. Dengan diiringi senyum jailnya –bukan senyum modelnya- Ben menepuk pundak Hana pelan yang disusul dengan lenggokan leher Hana malas.
Ben  memberikan kertas yang sudah ia tulis dan dilipatnya itu kepada Hana. Ia kemudian membentuk symbol ‘oke’ dengan ibu jari dan telunjuknya sambil memicingkan sebelah matanya dan senyum lebarnya.
Hana terheran.
“Tak usah banyak bertanya dan lakukan saja”. Ben kembali mendengar penjelasan Bu Trisno yang –sedari tadi tak didengarnya. Welcome my world game, hati Ben bersorak ria. Tak disadari, sedari tadi sepasang mata selalu mengawasi apa yang mereka lakukan.
####
                Semilir angin di kala terik menemaninya di waktu duduk di kursi taman dekat sekolah. Ia juga masih bingung sobekan kertas yang diberikan Ben tadi. Ia masih menggenggamnya dan kini memandangnya. Sudah berulang kali ia membacanya, namun tak ada yang salah dengan tulisan itu. ‘Jam 2 di taman seberang sekolah’. Hana memandang langit sejenak dan menundukkan kepalanya.
                Kini ia melihat seorang pria dengan setelan caasualnya, sedang berjalan ke arahnya. Hana mengenalnya. Ben menyunggingkan senyum pada Hana yang disambut dengan picingan mata.
                “Untuk apa mengajakku datang kesini? Memalukan!”
                “Sudah ikuti saja kataku, kau akan mengetahuinya nanti”
                “Jangan berbuat macam-macam! Ini peringatan pertama dariku” Hana mengacungkan kepalan tangannya.
                “Oke”
                Ben menarik pergelangan tangan Hana secara rusuh. Hana merasa sedikit kaget dengan memelototkan matanya pada Ben. Namun Ben hanya memandangnya sambil nyengir lebar dan menggeretnya menuju motor.
                “cepat pakai ini!” melemparkan helm kepada Hana.
                Dengan ogah-ogahan, Hana memakainya. Ben mulai duduk diatas motornya lalu menyalakan mesin. Hana masih mematung.
                “Cepat naik, duduk disini” Ben melirik tempat dibelakangnya.
                Hana hanya menghembuskan nafas sesaat dan naik ke tempat yang ditunjukkan Ben tadi. Ia membenarkan posisi duduknya dan sesaat kemudian Ben sudah melaju secara tiba-tiba. Sontak Hana terkejut dan langsung memegang pinggang Ben. Mereka tak tahu apa yang ada dibelakangnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar